Page 102 - 02_PKN_SMA_10
P. 102
CANDRA
Karya Sanusi Pane
Badan yang kuning-muda sebagai kencana,
Berdiri lurus di atas reta bercahaya,
Dewa Candra keluar dari istananya
Termenung menuju Barat jauh di sana
Panji berkibar di tangan kanan,tangan kiri
Memimpin kuda yang bernapaskan nyala;
Begitu dewa melalui cakrawala,
Menabur-naburkan perak ke bawah sini.
Bisikan malam bertiup seluruh bumi,
Sebagai lagu-merawan buluh perindu,
Gemetar-beralun rasa meninggikan sunyi.
Gambar 6.6 Foto Sanusi Pane
Sumber: Gunung Agung (1955)
Bumi bermimpi dan ia mengeluh di dalam
Mimpinya, karena ingin bertambah rindu
Karena rindu dipeluk sang Ratu Malam.
(Sumber: https://www.jendelasastra.com/dapur-sastra/dapur-jendela-sastra/lain-lain/puisi-puisi-
sanusi-pane)
Dalam puisi di atas, terdapat /larik kuda bernapaskan nyala/. Kata nyala
umumnya mengikuti kata api atau sebagai penjelas kata api. Kata nyala juga dapat
diartikan sebagai hidup, bertenaga, ataupun berkobar. Dalam hal ini, baris/napas kuda
yang menyala/sebenarnya bermakna sosok kudayang memiliki semangat berkobar atau
kuda yang kuat bertenaga.
Larik berikutnya yang mengandung konotasi adalah /Waktu berhenti di tempat
ini/Tidak berombak, diam semata/. Dalam puisi tersebut, waktu dikatakan tidak
berombak atau dalam keadaan tenang. Kata-kata tersebut tidak menunjukkan makna
sebenarnya, tetapi bermakna tidak ada gang-guan, damai, dan tenteram.
Demikian penjelasan gaya bahasa (majas), pengimajian, kata konkret, dan kata
konotatif sebagai pendukung makna yang disampaikan penyair melalui puisinya. Untuk lebih
memahaminya, kalian dapat berlatih menelaah gaya bahasa (majas), pengimajian, kata
konkret, dan kata konotatif yang terdapat dalam sebuah puisi. Berikut ini terdapat puisi “Ibu”
karya D. Zawawi Imron. Kalian dapat meminta salah satu teman sekelas untuk membacakan
puisinya. Dengarkan dengan saksama larik-larik puisi tersebut. Catatlah larik-larik yang
menurut kalian mengandung majas, pengimajian, kata konkret, dan kata konotatif.
BAHASA INDONESIA SMA X GENAP 349