Page 90 - 02_PKN_SMA_10
P. 90

Pada Suatu Hari Nanti
                                              Karya Sapardi Djoko Damono


                   Pada suatu hari nanti,
                   Jasadku tak akan ada lagi,
                   Tapi dalam bait-bait sajak ini,

                   Kau tak akan kurelakan sendiri.


                   Pada suatu hari nanti,
                   Suaraku tak terdengar lagi,
                   Tapi di antara larik-larik sajak ini.

                   Kau akan tetap kusiasati,


                   Pada suatu hari nanti,
                                                                        Gambar 6.2 Foto
                   Impianku pun tak dikenal lagi,
                                                                     Sapardi Djoko Damono
                   Namun di sela-sela huruf sajak ini,
                                                               Sumber: Kompas/Johnny TG/1998
                   Kau tak akan letih-letihnya kucari.

                  Teks 2

                                           Setelah Dibawa ke Ruangan Besar
                                              Karya Wildan Pradisyta Putra


                   Kata ibuku, pagi adalah hari yang paling dinantikan banyak orang di dunia. Tapi, aku
                   dan teman-temanku di sini sepakat, kami benci pagi. Karena di waktu pagi, kami harus

                   berpisah dengan ibu-ibu kami. Berpisah dengan orang yang paling kami sayangi.
                    Teman-temanku selalu menantikan waktu sore tiba. Atau, kata Mbak Ratih, waktu
                   senja. Tapi, kami lebih suka menyebut sore saja. Kami tak begitu sering mendengar

                   orang mengucapkan kata senja. Di waktu pergantian cerah dan gelap itulah, kami
                   bersukaria.  Karena,  ada  sepasang  tangan  cantik  yang  mengendong  kami  dan

                   membawa kami kembali ke rumah.
                   Kadang, saking tak sabarnya menunggu dijemput ibu, aku
                   menangis. Seperti sore ini. Mbak Ratih pun selalu tahu apa yang harus dilakukan. Ia

                   memberiku mainan dan permen agar air mataku tak jatuh lagi.
                   Tapi,  aku  tetap  menangis.  Aku  berjanji  pada  diriku  sendiri  akan  menghentikan
                   tangisanku  jika  ibu  sudah  menjemputku.  Kupandangi  terus  pintu  ruangan  yang



                                                               BAHASA INDONESIA SMA X GENAP            337
   85   86   87   88   89   90   91   92   93   94   95