Page 47 - 02_PKN_SMA_10
P. 47

Dewantara  aktif  di  seksi  propaganda  Boedi  Oetomo  untuk  menyosialisasikan  dan
                   menggugah kesadaran masyarakat Indonesia mengenai pentingnya persatuan dan
                   kesatuan dalam berbangsa dan bernegara. Kemudian, bersama Douwes Dekker (Dr.

                   Danudirdja  Setyabudhi)  dan  dr.  Tjipto  Mangoenkoesoemo  nantinya  akan  dikenal
                                                           sebagai Tiga Serangkai.
                                                                 Pada  tanggal  25  Desember  1912,

                                                           mereka  mendirikan  Indische  Partij  (partai
                                                           politik pertama yang beraliran nasionalisme

                                                           Indonesia)   yang    bertujuan   mencapai
                                                           Indonesia
                                                           merdeka. Selain itu, pada bulan November

                                                           1913,  Ki  Hadjar  Dewantara  membentuk
                                                           Komite  Bumipoetra  yang  bertujuan  untuk

                                                           melancarkan  kritik  terhadap  Pemerintah
                           Gambar 5.3 Ki Hadjar            Belanda. Salah satunya adalah dengan me-

                                 Dewantara                 nerbitkan  tulisan  berjudul  “Als  Ik  Eens
                        Sumber: Kompas/Jitet (2017)        Nederlander    Was”     (Seandainya    Aku
                                                           Seorang Belanda) dan “Een voor Allen maar
                   Ook Allen voor Een” (Satu untuk Semua, te tapi Semua untuk Satu Juga). Kedua

                   tulisan  tersebut  menjadi  tulisan  terkenal  hingga  saat  ini.  Tulisan  “Seandainya  Aku
                   Seorang Belanda” dimuat dalam surat kabar de Expres milik dr. Douwes Dekker.
                          Akibat  aktivitas  dan  tulisannya  itu,  pemerintah  kolonial  Belanda  melalui

                   Gubernur Jenderal Idenburg menjatuhkan hukuman pengasingan terhadap Ki Hadjar
                   Dewantara. Douwes Dekker dan Cipto Mangoenkoesoemo, rekan seperjuangannya,

                   menerbitkan tulisan yang bernada membela Ki Hadjar Dewantara. Mengetahui hal ini,
                   Belanda  punmemutuskan  untuk  menjatuhi  hukuman  pengasingan  bagi  keduanya.
                   Douwes Dekker dibuang di Kupang sedangkan Cipto Mangoenkoesoemo dibuang ke

                   Pulau Banda. Namun, mereka menghendaki dibuang ke negeri Belanda karena di
                   sana mereka dapat mempelajari banyak hal daripada di daerah terpencil. Akhirnya,

                   mereka  diizinkan  ke  negeri  Belanda  sejak  Agustus  1913  sebagai  bagian  dari
                   pelaksanaan  hukuman.  Kesempatan  itu  dipergunakan  untuk  mendalami  masalah
                   pendidikan  dan  pengajaran  sehingga  Ki  Hadjar  Dewantara  berhasil  memperoleh

                   Europeesche Akte. Pada tahun 1918, Ki Hadjar Dewantara kembali ke tanah air.





                  294          BAHASA INDONESIA SMA X GENAP
   42   43   44   45   46   47   48   49   50   51   52