Page 27 - 07_IPS_SMP_7_GANJIL
P. 27
turun-temurun dilestarikan. Kalian kelak juga akan menurunkan cerita-cerita tersebut
kepada anak cucu kalian nanti.
Cerita rakyat pada mulanya tidak dibuat untuk anak-anak. Namun pada abad ke-19,
cerita rakyat dibuat untuk digunakan sebagai bahan pendidikan bagi anak-anak. Seperti
cerita Si Pitung dari Jakarta yang mengajarkan untuk kebaikan, tolong menolong, dan
berani. Cerita rakyat yang turun-temurun sudah disesuaikan untuk pembaca dan
pendengar. Cerita rakyat dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu mitos (myth),
legenda (legend), dan dongeng ( folktale).
Jejak-jejak masa lampau sebagai sumber sejarah digolongkan dalam tiga jenis yaitu
sumber tertulis, sumber lisan, dan sumber benda (artefak). Sumber tertulis diantaranya
prasasti, silsilah keluarga (dokumen tertulis), surat kabar, buku harian, piagam, babad,
dokumen, biografi, jurnal, surat, laporan, notulen rapat, dan sebagainya. Sumber benda
Gambar 1.10 Arca, serat, dan foto.
Beberapa contoh sumber sejarah
Sumber: (Kiri-Kanan) Risan Prastyo/Wikimedia Commons/CC-BY-4.0; British
library/public domain; Frans Mendur/ANRI
dalam sejarah yaitu monumen (piramid, masjid, candi, makam, gereja, patung, lukisan),
ornamen (relief, gambar-gambar), dan grafis (peta, perencanaan kota, sketsa topografis,
sidik jari, tabel statistik, dan lain-lain), dan fonografis (rekaman suara).
Sementara sumber lisan dapat dibedakan menjadi dua jenis. Pertama, kesaksian lisan
oleh pelaku yang terlibat secara langsung dalam peristiwa sejarah (oral history). Pada
saat melakukan wawancara dengan saksi sejarah direkam dan ditranskripkan ke dalam
kertas.
Sumber lisan yang kedua berupa tradisi lisan (oral tradition), misalnya mitos,
legenda, dongeng, dan cerita rakyat. Tradisi lisan lebih sulit untuk dianalisis oleh seorang
IPS SMP VII GANJIL 511